EDITORIAL, Hastag.net – Dampak dari penyebaran virus corona terhadap ekonomi Indonesia tidak bisa dipungkiri lagi. Sri Mulyani, Menteri Keuangan sendiri mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melambat karena COVID-19 seperti halnya ekonomi global. Diprediksi, dampak negatif COVID-19 (* ) bisa mempengaruhi antara 0,3 sampai 0,6 dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dari sudut ekspor impor, angka yang terlihat menunjukkan penurunan sejak Januari jika kita bandingkan dalam periode yang sama tahun lalu. Efek negatif dari COVID-19 di Indonesia (* )tidak lepas dari kapasitas luar negeri dalam perdagangan global. Cina dan kontributor lain seperti Jepang, Singapura sampai Korea Selatan semuanya mengalami krisis berat karena virus ini.
Sementara dari perspektif investasi, kita bisa melihat penurunan IHSG yang naik dari 5,900 ke 4,600 per Mei 2020. Pada 2019 yang lalu, realisasi investasi yang diperoleh dari China sendiri ke Indonesia mencapai Rp. 70 triliun. Jumlah ini dua kali lipat dari tahun 2018. Tak ayal, saat krisis karena COVID-19 di seluruh dunia, investor menarik kembali dana mereka di pasar keuangan seperti saham, dan mengalihkannya ke komoditas tahan banting seperti emas, Klik disini untuk mengetahui lebih lanjut tentang komoditas . Emas hari ini menembus harga Rp. 900 ribu Saat terjadi penurunan dalam beberapa minggu terakhir mulai kembalinya sebagian kegiatan ekonomi di Indonesia.
Walaupun begitu, untuk tahun 2020 ini akan sulit mencapai target investasi FDI ke Indonesia karena COVID-19. Langkah sudah dilakukan BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) untuk secara sukses mengeksekusi aktifitas ekonomi yang melambat, contohnya dengan menjalankan kembali proyek Rp. 200 triliun dari Rp. 708 triliun yang tertunda sebelumnya.
BKPM juga akan melanjutkan promosi investasi untuk masuk ke Indonesia dari yang sudah dilakukan sebelumnya, seperti kunjungan Presiden ke Korea Selatan November tahun lalu dan kunjungan DPR ke Timur Tengah pada Januari kemarin. Termasuk promosi investasi di Davos dalam World Economic Forum.
Sinergi kebijakan menjadi salah satu faktor kunci dalam memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia, termasuk mitigasi dari dampak negatif COVID-19. Bank Indonesia memprediksi pandemi ini untuk menghambat pertumbuhan ekonomi domestik sepanjang 2020. Karena itu Pemerintah, Bank Indonesia dan lembaga yang bertanggung jawab lainnya berkomitmen untuk memperkuat sinergi kebijakan untuk secara berhati-hati memonitor dinamika dari penyebaran COVID-19 dan jatuhnya ekonomi di Indonesia.
Bank Indonesia sekaligus memprediksi pertumbuhan ekonomi untuk kembali naik pada tahun depan. 3 cara yang digunakan Pemerintah untuk mengatasi efek ekonomi COVID-19 di Indonesia adalah Sinergi, Transformasi dan Inovasi. Seperti yang dijelaskan Gubernur BI akhir Maret 2020 lalu untuk memitigasi resiko dari penyebaran COVID-19.
Sinergi: Sinergi kebujakan antara Bank Indonesia, Pemerintah dan lembaga lainnya harus secara berkelanjutan diperkuat sebagai aspek utama dalam menjaga ketahanan ekonomi dan membangun momentum pertumbuhan.
Transformasi: Lebih lanjut, sinergi juga bisa mempercepat transformasi ekonomi, ditunjukkan lewat berbagai sumber baru pertumbuhan ekonomi dan memperkuat sektor utama seperti manufaktur dan perwisataan, sekaligus mengembangkan ekonomi islam. Transformasi ekonomi juga dihubungkan dengan berbagai upaya untuk mematangkan inovasi dalam hal ekonomi dan keuangan digital, yang mengarahkan pada pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan tepat sasaran.
Inovasi: Dalam penanganan dampak COVID-19 sendiri terhadap ekonomi Indonesia, patut diwaspadai ancaman dalam berbagai sektor lainnya. Karena itulah inovasi dalam pendekatan yang terbarukan perlu diimplementasikan, bukannya takut mencari jalan keluar yang baru. Contohnya dalam lock down sampai diberlakukan jam malam di beberapa daerah, tak lepas dari kebijakan inovatif kepala daerah setempat untuk menekan dampak COVID-19 terhadap berbagai sektor potensial daerah.
Pada akhirnya ketiga cara ini bisa mengarahkan Indonesia dalam menjaga stabilitas, menstimulasi pertumbuhan dan mempercepat transformasi ekonomi lewat kebijakan inovatif untuk status ekonomi tingkat lanjutan. Pemerintah bisa meningkatkan stimulasi moneter sekaligus menjaga keberlangsungan fiskal *.
Yang bisa kita harapkan akhirnya, Pemerintah dan institusi keuangan pada khususnya bisa mengeluarkan kebijakan positif dengan menerapkan sinergi, transformasi dan inovasi. Ketiga cara ini diharapkan memberikan dampak positif dalam mengatasi efek ekonomi COVID-19 agar resesi bisa dihindari. Sejalan dengan prediksi 2021 kembali tumbuh seperti sebelumnya, atau bahkan bisa lebih cepat. (*)