3 Jenis Takut

Syaikh Al-‘Allamah Abdurrohman bin Hasan bin Muhammad bin Abdil Wahhab An-Najdi menyebutkan pembagian “Al-Khouf”:

1. “Khoufus Sirr” (takut yang tersembunyi dalam hati dan takut jenis ini yang dikhususkan kepada Allah). 

Karena tersembunyinya itu ada orang yang takut kepada pihak-pihak selain Allah seperti berhala atau thoghut yang diyakini sanggup menimpakan sesuatu yang tidak disukainya. Sebagaimana firman Allah tentang kaumnya Nabi Hud ketika mereka berkata kepada Nabi-nya:

“Kami tegaskan bahwa sesembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Dia (Hud) berkata, “Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dengan yang lain, maka jalankanlah semua makar tipu daya kalian terhadapku jangan kalian tunda-tunda lagi.” (Hud 54-55)

Allah juga berfirman, “Mereka menakut-nakutimu dengan sesembahan selain-Nya.” (Az-Zumar: 36)

“Khoufus Sirr” inilah yang umumnya dialami oleh para penyembah kubur dan yang semisalnya seperti berhala-berhala (yang dikhawatirkan kemurkaannya). Mereka takut kepada berhala-berhala tersebut dan menjadikannya untuk menakut-nakuti hamba-hamba Allah yang bertauhid tatkala mengingkari kemusyrikan mereka serta memerintahkan untuk menghambakan dirinya hanya kepada Allah semata. Takut seperti ini dapat menggugurkan ketauhidan seseorang secara total.

2. Takut yang menyebabkan seseorang meninggalkan kewajibannya karena takutnya dia kepada manusia.

Takut jenis yang kedua ini takut yang diharomkan dan termasuk perbuatan syirik kepada Allah, namun belum sampai mengugurkan ketauhidannya akan tetapi merusak kesempurnaan tauhidnya kepada Allah. Inilah yang menjadi sebab turunnya ayat:

“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rosul-Nya) dimana ketika ada orang-orang yang berkata kepada mereka, “Orang-orang (Quroisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata ucapan itu justru menambah kuat keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak ditimpa suatu bencana dan mereka mengikuti keridhoan Allah. Allah mempunyai karunia yang besar. Sesungguhnya mereka hanyalah syaithon yang menakut-nakuti (kamu) dengan teman setianya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku jika kamu benar-benar orang yang beriman.” (Al-‘Imron: 173 – 175)

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ta’ala berkata kepada hamba-Nya pada hari kiamat, “Apa yang menghalangimu jika engkau melihat kemungkaran engkau tidak mengubahnya?” Hamba itu menjawab, “Wahai Tuhanku, aku takut kepada manusia.” Allah berkata, “Aku-lah yang lebih berhak engkau takuti.” (Ta’liq: Hadits ini Shohih dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam “Silsilah Ash-Shohihah” 929)

3. “Al-Khoufut Thobi’i’ (takut yang manusiawi) 

yaitu seseorang takut dari serangan musuh atau ancaman binatang buas atau yang semisalnya. Takut yang seperti ini tidaklah tercela, sebagaimana firman Allah tentang Nabi Musa, “Maka keluarlah dia (Musa) dari kota itu dengan rasa takut lagi waspada (jika ada yang menyusul atau menangkapnya).” (Al-Qoshosh: 21).” (Fat-hul Majid hal. 362 – Tanbihat Syaikh Muhammad Hamid Al-Faqi dan ta’liq Syaikh bin Baz)

Fikri Abul Hasan

Komentar